Saturday, July 31, 2010

Kisah Tiga Saudara (The Tale Of Three Brothers)


Kisah yang ditemukan dalam buku kuno itu menceritakan tentang tiga laki-laki kakak beradik yang hendak menyeberangi sebuah sungai yang terlalu dalam dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi karena mereka adalah para penyihir yang hebat, mereka menyihir sebuah jembatan yang menyeberangi sungai itu. Di tengah-tengah jembatan, mereka menemukan sebuah seseorang berkerudung, yakni Sang Maut itu sendiri. Sang Maut menjadi murka karena ketiga bersaudara yang pandai itu melewati sungai itu tanpa terluka sementara orang-orang sebelumnya yang berusaha melalui sungai itu semuanya tenggelam. Sang Maut berpura-pura mengucapkan selamat kepada para penyihir itu dan memberi tahu bahwa setiap dari mereka layak mendapatkan hadiah atas sihir mereka yang mengagumkan.

Saudara yang tertua, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir tak terkalahkan yang layak untuk seorang penyihir yang telah mengalahkan Sang Maut. Untuk memenuhinya, Sang Maut mengambil ranting pohon Elder dan menciptakan sebuah tongkat sihir yang diberikannya kepada saudara tertua. Saudara yang kedua, yang angkuh, bermaksud mempermalukan Sang Maut lagi dan meminta kekuatan untuk memanggil yang telah mati. Sang Maut mengambil sebuah batu dari tepi sungai dan memberi tahu bahwa batu itu memiliki kekuatan kebangkitan. Saudara yang ketiga adalah yang paling rendah hati, paling bijaksana, dan tidak mempercayai Sang maut. Ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya bepergian tanpa bisa diikuti Sang Maut. Jadi Sang Maut dengan sangat segan memberikan Jubah Gaib kepada saudara yang ketiga.

Setelah beberapa waktu, ketiganya berpisah dan pergi dalam pertualangan mereka masing-masing. Saudara yang tertua bertempur dalam duel yang selalu dimenangkan, membanggakan tongkat sihir yang didapatkannya dari Sang maut. Suatu malam, ketika ia sedang tidur, seorang penyihir yang iri hati mengendap-endap dan menggorok lehernya, lalu mengambil tongkat sihir itu untuk dirinya sendiri. Saudara yang pertama pun jatuh ke tangan Sang Maut. Saudara yang kedua memiliki sebuah rumah dan tinggal di sana sendirian. Ia mengambil batu itu suatu hari dan memutarkannya tiga kali di tangannya. Seorang wanita yang dicintainya, tapi telah meninggal dunia, muncul di sisinya. Wanita itu terpisahkan dari dunia kematian, sedih dan dingin. Saudara yang kedua menjadi gila dan membunuh dirinya sendiri untuk menyusul wanita yang dicintainya. Saudara yang kedua pun jatuh ke tangan Sang Maut. Namun demikian, Sang Maut tidak pernah menemukan saudara yang ketiga sampai ia melepaskan Jubahnya dan memberikannya pada putranya. Sang Maut pun muncul di sisi saudara yang ketiga yang menyambutnya sebagai kawan lama dan mereka pun meninggalkan dunia dengan sederajat.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.