THE GIFT
*
*
*
*
*
All Characters Belongs To J.K.Rowling
||
||
Pair :
Draco Malfoy X Hermione Granger
( 7
tahun setelah kejatuhan Voldemort )
WARNING
: EYD berantakan, typos everywhere, alur
kecepetan, OOC, geje. My First Fic.
Chapter 1
“Oke, Ron! Tenanglah, aku akan
baik-baik saja disana. Bye!”,
Hermione menutup sambungan teleponnya dengan Ron. Sejenak ia menghela napas.
Kekasihnya itu menjadi agak cerewet setelah mengetahui bahwa Hermione harus
menjalankan tugas ke Paris selama 10 hari.
Yup,
setelah lulus dari Hogwarts Ron mulai belajar menggunakan ponsel. Itupun juga
karena Hermione memaksanya, karena Hermione beranggapan itu adalah sarana
tercepat untuk berkomunikasi. Menggunakan jasa burung hantu kurang efisien dan
efektif. Hermione dan Ron yang menjalin hubungan sejak tahun terakhir di
Hogwarts sekarang sudah sama-sama bekerja. Ron bekerja sebagai Auror, sedangkan
Hermione lebih memilih bergabung sebagai staf Daily Prophet. Dan sekarang ia
sedang dalam perjalanan ke Paris, untuk meliput acara Wizz Fashion Week yang diadakan oleh Gladrags Wizardwear. Pikiran
Hermione menerawang jauh. Ia memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Ron.
Sudah cukup lama ia berpacaran, tapi entah mengapa ia masih saja ragu dan belum
bisa memantapkan hati untuk memilih Ron sebagai pendamping hidupnya. Rasa itu
terus saja membayangi pikirannya. Dan dari pihak Ron sendiri juga tampaknya
belum ada kejelasan untuk melangkah lebih jauh lagi. Lamunan Hermione buyar
saat ia selesai mengepak kopernya. Segera ia langsung berapparate menuju hotel tempatnya menginap, yang juga tempat
diselenggarakannya Wizz Fashion Week.
Sesampainya
di kamar hotel tempatnya menginap, Hermione segera mengirimkan SMS kepada Ron, memberitahu bahwa ia
sudah tiba dengan selamat.
To : Lovely Ron
Aku sudah sampai di hotel. Sekarang aku akan istirahat
dulu, berapparate lintas negara rasanya begitu lelah.
-_-
Ron yang sedang
berkumpul bersama Harry dan Ginny ,merasakan ponselnya berbunyi dan tertera
nama “Sweet Mione” di layarnya.
Setelah membacanya sejenak, ia pun segera membalas.
To : Sweet Mione
Iya, istirahatlah, Mione. Aku saat ini sedang bersama
Harry dan Ginny. J
Hermione membaca
sekilas SMS dari Ron dan langsung
jatuh tertidur. Tampaknya ia benar- benar lelah.
***
Selama meliput Wizz Fashion Week,
Hermione benar-benar sibuk. Tapi ia merasa senang menjalankan tugasnya itu.
Karena pada dasarnya ia juga menyukai fashion.
Tak terasa sudah 5 hari pagelaran itu dihelat. Tapi ada satu hal yang
mengganjal perasaan Hermione. Ron menjadi susah sekali dihubungi. Bukan karena
ponselnya tidak aktif, tapi karena sama sekali tak ada respon dari kekasihnya
itu. Hermione berusaha untuk berpikir positif. Mungkin saja Ron sedang sibuk
dengan kegiatan aurornya sehingga tak sempat membalas SMS ataupun mengangkat teleponnya. Tapi jujur saja, ia merasa
kesepian dan sedikit terabaikan.
Hari ke 7
pagelaran Wizz Fashion Week dan tetap
tak ada kabar dari Ron. Hermione pun memutuskan untuk mencoba menghubungi
Ginny. Ia mencari nama Ginny Weasley di phonebook
ponselnya dan setelah menemukannya, ia menekan tombol dial.
“ Halo, Gin? Apakah kau sedang
sibuk? “, Hermione mengawali pembicaraannya.
“ Hey, Mione! Bagaimana
kabarmu disana? Tidak, aku sedang santai saja.”, sahut
Ginny di seberang sana.
“ Aku baik-baik saja, Gin.
Hanya saja....”, belum sempat Hermione menyelesaikan
kalimatnya, Ginny sudah memotongnya.
“ Hanya saja kenapa? Apakah
ada yang menyakitimu disana? Apakah kau sakit?”,
cerocos Ginny. Hermione memutar matanya.
“ Aku tidak sakit, Gin. Dan
tidak ada yang menyakitiku disini. Hanya saja aku merindukan kakakmu. Sudah
seminggu ini tak ada kabar darinya. Apakah ia baik-baik saja? Ia tak membalas
SMS ataupun mengangkat teleponku.”, jelas Hermione
panjang lebar. Terdengar suara helaan napas dari seberang telepon.
“ Ron baik-baik saja, Mione.
Hanya saja ia memang sering pulang malam akhir-akhir ini. Mungkin lembur di kantor. Coba nanti kutanyakan pada
Harry. Tenanglah...”.
“ Hmm, baiklah. Aku hanya
merasa sedikit tidak tenang saja. Belum pernah aku tidak mendapat kabar darinya
selama ini.”
“ Huh, kakakku yang satu itu
memang payah! Akan ku omeli dia nanti saat tiba di rumah.” , suara Ginny terdengar berapi-api. Hermione tersenyum membayangkan
reaksi kekasih The Choosen One itu.
“ Okay, Gin! Aku rasa aku
harus menyelesaikan laporan untuk liputanku. Thanks ya, berbicara denganmu
sedikit membuatku lega. “
“ Sama-sama, Mione. Anytime
for you.”
“ Bye, Gin!”
“ Bye, Mione!”, telepon pun terputus. Hermione kembali menghela napas. Ia mengambil
laptopnya. Benda muggle itu sangat membantunya untuk menyusun laporan liputan Wizz Fashion Week. Yah, seperti inilah
keadaan dunia sihir setelah kejatuhan Voldemort. Para penyihir sudah tidak
asing lagi menggunakan benda-benda muggle. Karena terkadang benda muggle juga
sangat membantu pekerjaan mereka. Jemari gadis bersurai coklat itu mulai menari
diatas keyboard laptopnya. Tanpa
terasa 2 jam sudah Hermione mengerjakan laporannya. Ia menengok jam dinding di
kamar hotelnya dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia
menggeliatkan tubuhnya sejenak, membereskan pekerjaannya, kemudian jatuh
terlelap.
***
Hari ini adalah hari ke 8 pagelaran Wizz
Fashion Week. Tinggal 2 hari lagi selesai sudah tugas liputan Hermione. Tiba-tiba
ia merasa rindu dengan teman-temannya di Inggris. Ia menengok daftar phonebook di ponselnya. Ia mulai
menelepon teman-temannya, mulai dari Ginny, Harry, Luna, Neville, dan Ron.
Namun lagi-lagi tak ada respon dari Ron. Sudah 3 kali Hermione mencoba menghubungi kekasihnya itu.
Tapi tetap saja tak ada jawaban. Hermione masih saja terus mengutak-atik
ponselnya. Hingga akhirnya ia berhenti saat melihat nama Draco Malfoy di daftar
phonebooknya. Pria berambut pirang
pucat yang jadi musuh bebuyutannya saat bersekolah di Hogwarts. Tapi semenjak
kejatuhan rezim Voldemort hubungan antara mereka sudah membaik. Bahkan tak
jarang geng Slytherin seperti Draco Malfoy, Blaise Zabini, Theodore Nott, Pansy
Parkinson hangout bareng dengan geng Gryffindor. Timbul niat Hermione untuk
menjahili Draco Malfoy. Sengaja ia menelepon Draco dengan menyembunyikan
nomornya. Draco mengangkat di nada sambung ketiga.
“ Halo, siapa ini?”, jawab Draco,datar.
“ Apakah benar ini Mr. Draco
Malfoy dari Malfoy Corp.?”, tanya Hermione. Ia
berusaha menyembunyikan kikikan tawa.
“ Iya benar. Siapa Anda?”,tanya Draco kembali.
“ Hmm, apakah saya bisa
mengajukan proposal kerja sama dengan perusahaan Anda, Mr.Malfoy?”, Hermione yang tidak menjawab pertanyaan Draco, malah mengajukan
pertanyaan lain.
“ Bisa saja. Anda bisa
langsung datang ke kantor saya dengan membawa proposal Anda. Tapi, sebenarnya
Anda ini siapa?”, suara Draco terdengar agak kesal
karena si penelepon tidak menyebutkan identitasnya. Dan tiba-tiba saja Hermione
tidak dapat menahan tawanya lebih lama lagi.
“ Hahahahahaaaaa......”, gelak tawa Hermione terdengar.
“ Hei, siapa sih kau?”, bentak Draco.
“ Ups, haha.. Maafkan aku,
Ferret. Tiba-tiba saja aku ingin menjahilimu. Hahaha...”, Hermione masih terkikik. Ia membayangkan ekpresi kesal Draco.
“ Berang-berang!!!!”, teriak Draco kesal.
“ Hahahahaaa....”, Hermione agak menjauhkan ponselnya dari telinga mendengar teriakan
kesal Draco dan terus tertawa. Ia merasa mendapat hiburan.
“ Tumben kau meneleponku?
Rindu padaku, eh?”
“ Ap- Apa?? Rindu padamu???
Hanya dalam mimpimu, Ferret Albino!!”, tawa Hermione
berhenti dan berubah jadi kesal karena Draco mengira ia merindukan si pirang
itu.
“ Lalu kenapa kau meneleponku
kalau tidak karena merindukanku? Apa Si Weasel itu sudah mencampakkanmu?
Kemudian kau berusaha mendekatiku, Semak?”, tawa sinis
Draco terdengar dari seberang. Hermione mendengus kesal.
“ Tentu saja tidak! Aku hanya
ingin menjahilimu saja.”, jawab Hermione dengan
mengerucutkan bibirnya. Terdengar Draco tertawa lagi.
“ Jujur sajalah! Kau merasa
kesepian, kan? Jadinya kau meneleponku. Sudah sering kubilang kan lebih baik
putuskan Si Redhead itu dari dulu, sebelum kau yang dicampakkan,hahaha”
“ Enak saja kau bicara! Atau
jangan-jangan malah kau yang berharap aku mau denganmu?”
“ Hah??? Aku???
Mengharapkanmu??? Lebih baik aku dicium dementor daripada berpacaran dengan berang-berang.”
“ Huh, sudahlah! Mood-ku
mengerjaimu jadi hilang.”, bibir Hermione semakin
mengerucut. Niatnya menjahili Draco malah berbalik membuatnya kesal. Di
seberang telepon suara tawa Draco masih sesekali terdengar.
“ Kapan kau kembali dari
Paris?”, tanya Draco tiba-tiba.
“ 2 hari lagi. Kenapa? Kau mau
menyambutku?”, sindir Hermione.
“ Aku hanya bertanya, Semak!
Ya sudah, aku sibuk. Nanti setelah kau pulang kita bisa berkumpul dengan yang
lainnya. Bye...”
“ Okay, Ferret! Bye...”, Hermione pun menutup teleponnya. “Huh,
sial! Ingin mengerjai Malfoy, malah aku jadi kesal sendiri.”, batin
Hermione. Kemudian pikirannya kembali kepada Ron. Sedang apa dia sekarang?
Kenapa tidak pernah ada kabar darinya?. Hermione ingin segera pulang ke Inggris
dan menemui Ron. Ia menggelengkan kepala sejenak kemudian kembali mengerjakan
laporan liputannya.
***
Akhirnya selesai
sudah pagelaran Wizz Fashion Week malam
ini yang diadakan oleh Gladrags Wizardwear. Hermione tampak semangat karena
sebentar lagi ia akan kembali ke Inggris dan bertemu dengan Ron. Ia sengaja
tidak memberitahu Ron kapan waktu tepatnya ia akan tiba di Inggris. Rencananya,
ia ingin memberi kejutan kepada Ron dengan langsung berapparate ke kantor Ron. Sebelumnya ia sudah bertanya pada Ginny
dimana saat ini Ron berada dan Ginny bilang sepertinya Ron masih di kantornya,
karena Harry juga belum pulang dari kantor. Selesai mengepak kopernya, mengecek
tongkat sihirnya tersimpan aman di balik mantel bepergiannya, Hermione pun berapparate menuju kantor Ron.
Plop. Hermione tiba di depan pintu
ruangan Ron di kantor Auror. Ia menengok arlojinya. Saat itu sudah jam 10
malam. Keadaan sekelilingnya tampak sepi. Hening. Tapi, samar-samar Hermione
mendengar suara dari dalam ruangan Ron. Suara aneh. Gadis brunette itu berusaha memfokuskan pendengarannya. Suara itu makin
lama makin mencurigakan. Karena semakin Hermione mendekatkan telingannya ke
pintu suara itu semakin jelas. Suara seorang perempuan yang mendesah. Perasaan
Hermione curiga tak karuan. Ia mengambil tongkat sihirnya dan mengarahkan ke
lubang kunci dan menggumam pelan, “Alohomora”.
Cklek. Suara kunci pintu terbuka. Hermione mendorong pelan pintu ruangan
Ron dan napasnya seolah berhenti seketika itu juga. Apa yang disaksikan oleh
mata cokelat madunya itu benar-benar tidak pernah terbayangkan olehnya. Tampak
Ron sedang duduk diatas kursi kerjanya bersama seorang perempuan di pangkuannya
tanpa sehelai benang pun di tubuh mereka. Perempuan yang jelas-jelas dikenalnya
saat masih sekolah dulu. Dan kedua insan itu tampaknya tidak menyadari
kehadiran Hermione di ruangan tersebut. Mereka tetap saja asyik dengan kegiatan
mereka. Perempuan di pangkuan Ron tampak menutup mata dan mendesah nikmat
sambil tetap berpacu diatas pangkuan Ron. Sedangkan Ron sendiri tampak
memegangi pinggang perempuan itu untuk membantu pergerakannya. Wajahnya
tenggelam di dada perempuan tersebut yang tampak polos.
“ Aaahh, Ron! Teruuusss...Aaahhh.”, desah nikmat perempuan itu. Ron
semakin mengencangkan pegangannya di pinggang partnernya tersebut hingga suara
koper terjatuh membuyarkan keasyikan mereka.
“RON!!!! LAVENDER!!!! Kalian menjijikan!! ”, Hermione berteriak dengan
air mata sudah berlinangan di pipinya. Sakit. Hancur hatinya melihat kekasih
yang selama ini bersamanya saat ini tengah bercinta dengan teman seasramanya
dulu saat di Hogwarts. Ron dan Lavender yang baru saja tersadar dari kegiatan
mereka nampak kaget. Mereka tak menyangka Hermione akan memergoki mereka.
Segera saja mereka melepaskan diri dan memunguti pakaian mereka yang
berserakan. Hermione yang merasa jijik melihat kelakuan mereka segera mengambil
kembali kopernya yang tadi terjatuh, melangkah keluar ruangan Ron dan berdisapparate tepat diluar pintu meninggalkan
kedua manusia yang sudah tega menghancurkan hatinya.
To be continued....
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.