Thursday, August 14, 2014

FanFiction :: The Gift - Chapter 1 ::



THE GIFT
*
*
*
*
*
All Characters Belongs To J.K.Rowling
||
||
Pair : Draco Malfoy X Hermione Granger
( 7 tahun setelah kejatuhan Voldemort )
WARNING : EYD berantakan, typos everywhere, alur kecepetan, OOC, geje. My First Fic.


Chapter 1

                “Oke, Ron! Tenanglah, aku akan baik-baik saja disana. Bye!”, Hermione menutup sambungan teleponnya dengan Ron. Sejenak ia menghela napas. Kekasihnya itu menjadi agak cerewet setelah mengetahui bahwa Hermione harus menjalankan tugas ke Paris selama 10 hari.
Yup, setelah lulus dari Hogwarts Ron mulai belajar menggunakan ponsel. Itupun juga karena Hermione memaksanya, karena Hermione beranggapan itu adalah sarana tercepat untuk berkomunikasi. Menggunakan jasa burung hantu kurang efisien dan efektif. Hermione dan Ron yang menjalin hubungan sejak tahun terakhir di Hogwarts sekarang sudah sama-sama bekerja. Ron bekerja sebagai Auror, sedangkan Hermione lebih memilih bergabung sebagai staf Daily Prophet. Dan sekarang ia sedang dalam perjalanan ke Paris, untuk meliput acara Wizz Fashion Week yang diadakan oleh Gladrags Wizardwear. Pikiran Hermione menerawang jauh. Ia memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Ron. Sudah cukup lama ia berpacaran, tapi entah mengapa ia masih saja ragu dan belum bisa memantapkan hati untuk memilih Ron sebagai pendamping hidupnya. Rasa itu terus saja membayangi pikirannya. Dan dari pihak Ron sendiri juga tampaknya belum ada kejelasan untuk melangkah lebih jauh lagi. Lamunan Hermione buyar saat ia selesai mengepak kopernya. Segera ia langsung berapparate menuju hotel tempatnya menginap, yang juga tempat diselenggarakannya Wizz Fashion Week.
Sesampainya di kamar hotel tempatnya menginap, Hermione segera mengirimkan SMS kepada Ron, memberitahu bahwa ia sudah tiba dengan selamat.
To : Lovely Ron
Aku sudah sampai di hotel. Sekarang aku akan istirahat dulu, berapparate lintas negara rasanya begitu lelah.
-_-

Ron yang sedang berkumpul bersama Harry dan Ginny ,merasakan ponselnya berbunyi dan tertera nama “Sweet Mione” di layarnya. Setelah membacanya sejenak, ia pun segera membalas.
To : Sweet Mione
Iya, istirahatlah, Mione. Aku saat ini sedang bersama Harry dan Ginny. J

Hermione membaca sekilas SMS dari Ron dan langsung jatuh tertidur. Tampaknya ia benar- benar lelah.
***

Selama meliput Wizz Fashion Week, Hermione benar-benar sibuk. Tapi ia merasa senang menjalankan tugasnya itu. Karena pada dasarnya ia juga menyukai fashion. Tak terasa sudah 5 hari pagelaran itu dihelat. Tapi ada satu hal yang mengganjal perasaan Hermione. Ron menjadi susah sekali dihubungi. Bukan karena ponselnya tidak aktif, tapi karena sama sekali tak ada respon dari kekasihnya itu. Hermione berusaha untuk berpikir positif. Mungkin saja Ron sedang sibuk dengan kegiatan aurornya sehingga tak sempat membalas SMS ataupun mengangkat teleponnya. Tapi jujur saja, ia merasa kesepian dan sedikit terabaikan.
                Hari ke 7 pagelaran Wizz Fashion Week dan tetap tak ada kabar dari Ron. Hermione pun memutuskan untuk mencoba menghubungi Ginny. Ia mencari nama Ginny Weasley di phonebook ponselnya dan setelah menemukannya, ia menekan tombol dial.
“ Halo, Gin? Apakah kau sedang sibuk? “, Hermione mengawali pembicaraannya.
“ Hey, Mione! Bagaimana kabarmu disana? Tidak, aku sedang santai saja.”, sahut Ginny di seberang sana.
“ Aku baik-baik saja, Gin. Hanya saja....”, belum sempat Hermione menyelesaikan kalimatnya, Ginny sudah memotongnya.
“ Hanya saja kenapa? Apakah ada yang menyakitimu disana? Apakah kau sakit?”, cerocos Ginny. Hermione memutar matanya.
“ Aku tidak sakit, Gin. Dan tidak ada yang menyakitiku disini. Hanya saja aku merindukan kakakmu. Sudah seminggu ini tak ada kabar darinya. Apakah ia baik-baik saja? Ia tak membalas SMS ataupun mengangkat teleponku.”, jelas Hermione panjang lebar. Terdengar suara helaan napas dari seberang telepon.
“ Ron baik-baik saja, Mione. Hanya saja ia memang sering pulang malam akhir-akhir ini. Mungkin  lembur di kantor. Coba nanti kutanyakan pada Harry. Tenanglah...”.
“ Hmm, baiklah. Aku hanya merasa sedikit tidak tenang saja. Belum pernah aku tidak mendapat kabar darinya selama ini.”
“ Huh, kakakku yang satu itu memang payah! Akan ku omeli dia nanti saat tiba di rumah.” , suara Ginny terdengar berapi-api. Hermione tersenyum membayangkan reaksi kekasih The Choosen One itu.
“ Okay, Gin! Aku rasa aku harus menyelesaikan laporan untuk liputanku. Thanks ya, berbicara denganmu sedikit membuatku lega. “
“ Sama-sama, Mione. Anytime for you.”
“ Bye, Gin!”
“ Bye, Mione!”, telepon pun terputus. Hermione kembali menghela napas. Ia mengambil laptopnya. Benda muggle itu sangat membantunya untuk menyusun laporan liputan Wizz Fashion Week. Yah, seperti inilah keadaan dunia sihir setelah kejatuhan Voldemort. Para penyihir sudah tidak asing lagi menggunakan benda-benda muggle. Karena terkadang benda muggle juga sangat membantu pekerjaan mereka. Jemari gadis bersurai coklat itu mulai menari diatas keyboard laptopnya. Tanpa terasa 2 jam sudah Hermione mengerjakan laporannya. Ia menengok jam dinding di kamar hotelnya dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia menggeliatkan tubuhnya sejenak, membereskan pekerjaannya, kemudian jatuh terlelap.
***

Hari ini adalah hari ke 8 pagelaran Wizz Fashion Week. Tinggal 2 hari lagi selesai sudah tugas liputan Hermione. Tiba-tiba ia merasa rindu dengan teman-temannya di Inggris. Ia menengok daftar phonebook di ponselnya. Ia mulai menelepon teman-temannya, mulai dari Ginny, Harry, Luna, Neville, dan Ron. Namun lagi-lagi tak ada respon dari Ron. Sudah 3 kali  Hermione mencoba menghubungi kekasihnya itu. Tapi tetap saja tak ada jawaban. Hermione masih saja terus mengutak-atik ponselnya. Hingga akhirnya ia berhenti saat melihat nama Draco Malfoy di daftar phonebooknya. Pria berambut pirang pucat yang jadi musuh bebuyutannya saat bersekolah di Hogwarts. Tapi semenjak kejatuhan rezim Voldemort hubungan antara mereka sudah membaik. Bahkan tak jarang geng Slytherin seperti Draco Malfoy, Blaise Zabini, Theodore Nott, Pansy Parkinson hangout bareng dengan geng Gryffindor. Timbul niat Hermione untuk menjahili Draco Malfoy. Sengaja ia menelepon Draco dengan menyembunyikan nomornya. Draco mengangkat di nada sambung ketiga.
“ Halo, siapa ini?”, jawab Draco,datar.
“ Apakah benar ini Mr. Draco Malfoy dari Malfoy Corp.?”, tanya Hermione. Ia berusaha menyembunyikan kikikan tawa.
“ Iya benar. Siapa Anda?”,tanya Draco kembali.
“ Hmm, apakah saya bisa mengajukan proposal kerja sama dengan perusahaan Anda, Mr.Malfoy?”, Hermione yang tidak menjawab pertanyaan Draco, malah mengajukan pertanyaan lain.
“ Bisa saja. Anda bisa langsung datang ke kantor saya dengan membawa proposal Anda. Tapi, sebenarnya Anda ini siapa?”, suara Draco terdengar agak kesal karena si penelepon tidak menyebutkan identitasnya. Dan tiba-tiba saja Hermione tidak dapat menahan tawanya lebih lama lagi.
“ Hahahahahaaaaa......”, gelak tawa Hermione terdengar.
“ Hei, siapa sih kau?”, bentak Draco.
“ Ups, haha.. Maafkan aku, Ferret. Tiba-tiba saja aku ingin menjahilimu. Hahaha...”, Hermione masih terkikik. Ia membayangkan ekpresi kesal Draco.
“ Berang-berang!!!!”, teriak Draco kesal.
“ Hahahahaaa....”, Hermione agak menjauhkan ponselnya dari telinga mendengar teriakan kesal Draco dan terus tertawa. Ia merasa mendapat hiburan.
“ Tumben kau meneleponku? Rindu padaku, eh?”
“ Ap- Apa?? Rindu padamu??? Hanya dalam mimpimu, Ferret Albino!!”, tawa Hermione berhenti dan berubah jadi kesal karena Draco mengira ia merindukan si pirang itu.
“ Lalu kenapa kau meneleponku kalau tidak karena merindukanku? Apa Si Weasel itu sudah mencampakkanmu? Kemudian kau berusaha mendekatiku, Semak?”, tawa sinis Draco terdengar dari seberang. Hermione mendengus kesal.
“ Tentu saja tidak! Aku hanya ingin menjahilimu saja.”, jawab Hermione dengan mengerucutkan bibirnya. Terdengar Draco tertawa lagi.
“ Jujur sajalah! Kau merasa kesepian, kan? Jadinya kau meneleponku. Sudah sering kubilang kan lebih baik putuskan Si Redhead itu dari dulu, sebelum kau yang dicampakkan,hahaha”
“ Enak saja kau bicara! Atau jangan-jangan malah kau yang berharap aku mau denganmu?”
“ Hah??? Aku??? Mengharapkanmu??? Lebih baik aku dicium dementor daripada berpacaran dengan berang-berang.”
“ Huh, sudahlah! Mood-ku mengerjaimu jadi hilang.”, bibir Hermione semakin mengerucut. Niatnya menjahili Draco malah berbalik membuatnya kesal. Di seberang telepon suara tawa Draco masih sesekali terdengar.
“ Kapan kau kembali dari Paris?”, tanya Draco tiba-tiba.
“ 2 hari lagi. Kenapa? Kau mau menyambutku?”, sindir Hermione.
“ Aku hanya bertanya, Semak! Ya sudah, aku sibuk. Nanti setelah kau pulang kita bisa berkumpul dengan yang lainnya. Bye...”
“ Okay, Ferret! Bye...”, Hermione pun menutup teleponnya. “Huh, sial! Ingin mengerjai Malfoy, malah aku jadi kesal sendiri.”, batin Hermione. Kemudian pikirannya kembali kepada Ron. Sedang apa dia sekarang? Kenapa tidak pernah ada kabar darinya?. Hermione ingin segera pulang ke Inggris dan menemui Ron. Ia menggelengkan kepala sejenak kemudian kembali mengerjakan laporan liputannya.
***
                Akhirnya selesai sudah pagelaran Wizz Fashion Week malam ini yang diadakan oleh Gladrags Wizardwear. Hermione tampak semangat karena sebentar lagi ia akan kembali ke Inggris dan bertemu dengan Ron. Ia sengaja tidak memberitahu Ron kapan waktu tepatnya ia akan tiba di Inggris. Rencananya, ia ingin memberi kejutan kepada Ron dengan langsung berapparate ke kantor Ron. Sebelumnya ia sudah bertanya pada Ginny dimana saat ini Ron berada dan Ginny bilang sepertinya Ron masih di kantornya, karena Harry juga belum pulang dari kantor. Selesai mengepak kopernya, mengecek tongkat sihirnya tersimpan aman di balik mantel bepergiannya, Hermione pun berapparate menuju kantor Ron.
                Plop. Hermione tiba di depan pintu ruangan Ron di kantor Auror. Ia menengok arlojinya. Saat itu sudah jam 10 malam. Keadaan sekelilingnya tampak sepi. Hening. Tapi, samar-samar Hermione mendengar suara dari dalam ruangan Ron. Suara aneh. Gadis brunette itu berusaha memfokuskan pendengarannya. Suara itu makin lama makin mencurigakan. Karena semakin Hermione mendekatkan telingannya ke pintu suara itu semakin jelas. Suara seorang perempuan yang mendesah. Perasaan Hermione curiga tak karuan. Ia mengambil tongkat sihirnya dan mengarahkan ke lubang kunci dan menggumam pelan, “Alohomora”. Cklek. Suara kunci pintu terbuka. Hermione mendorong pelan pintu ruangan Ron dan napasnya seolah berhenti seketika itu juga. Apa yang disaksikan oleh mata cokelat madunya itu benar-benar tidak pernah terbayangkan olehnya. Tampak Ron sedang duduk diatas kursi kerjanya bersama seorang perempuan di pangkuannya tanpa sehelai benang pun di tubuh mereka. Perempuan yang jelas-jelas dikenalnya saat masih sekolah dulu. Dan kedua insan itu tampaknya tidak menyadari kehadiran Hermione di ruangan tersebut. Mereka tetap saja asyik dengan kegiatan mereka. Perempuan di pangkuan Ron tampak menutup mata dan mendesah nikmat sambil tetap berpacu diatas pangkuan Ron. Sedangkan Ron sendiri tampak memegangi pinggang perempuan itu untuk membantu pergerakannya. Wajahnya tenggelam di dada perempuan tersebut yang tampak polos.
“ Aaahh, Ron! Teruuusss...Aaahhh.”, desah nikmat perempuan itu. Ron semakin mengencangkan pegangannya di pinggang partnernya tersebut hingga suara koper terjatuh membuyarkan keasyikan mereka.
“RON!!!! LAVENDER!!!! Kalian menjijikan!! ”, Hermione berteriak dengan air mata sudah berlinangan di pipinya. Sakit. Hancur hatinya melihat kekasih yang selama ini bersamanya saat ini tengah bercinta dengan teman seasramanya dulu saat di Hogwarts. Ron dan Lavender yang baru saja tersadar dari kegiatan mereka nampak kaget. Mereka tak menyangka Hermione akan memergoki mereka. Segera saja mereka melepaskan diri dan memunguti pakaian mereka yang berserakan. Hermione yang merasa jijik melihat kelakuan mereka segera mengambil kembali kopernya yang tadi terjatuh, melangkah keluar ruangan Ron dan berdisapparate tepat diluar pintu meninggalkan kedua manusia yang sudah tega menghancurkan hatinya.

To be continued....

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.