THE GIFT
*
*
*
*
*
All Characters Belongs To J.K.Rowling
||
||
Pair :
Draco Malfoy X Hermione Granger
( 7
tahun setelah kejatuhan Voldemort )
WARNING
: EYD berantakan, typos everywhere,
alur kecepetan, OOC, geje. My First Fic.
“Aku tak tahu, Granger. Tapi aku hanya ingin bersamamu.
Aku masih belum mengerti perasaan yang kurasakan ini. Kita jalani dulu saja
hubungan kita seperti ini.”
Chapter 3
So many times i was alone I couldn’t sleep
You left me drowning in the tears of memory
And ever since you’ve gone, I found it hard to breathe
‘Cause there was so much that your heart just couldn’t
see
A thousand wasted dreams rolling of my eyes
But time’s been healing me and I say goodbye
‘Cause i can breathe again, dream again
I’ll be on the road again
Like it used to be the other day
Now i feel free again, so innocent
‘Cause someone makes me whole again for sure
I’ll find another you
~ Cascada – Another You ~
“Hei!”, sapa Draco ketika
melihat Hermione keluar dari kantor Daily Prophet. Malam itu ia mengenakan kemeja
abu-abu lengan panjang yang digulung hingga ke siku. Di lengannya tersampir
mantel bepergiannya. Senyum Hermione langsung terkembang begitu melihat
pangeran Slytherin tersebut.
“Hei!”, sapa balik
Hermione. Ia berjalan mendekati Draco.
“Kau sudah lapar?”,
tanya Draco lembut. Senyumnya begitu menawan. Hermione tak mengira wajah pucat
datar Draco bisa menampilkan senyum semanis itu.
“Iya. Kau mau
mengajakku makan dimana?”
“Aku ingin
mengajakmu makan malam di apartemenku.”, jawab Draco. Hermione mendongak
menatap wajah Draco.
“Tumben sekali?”
“Sekali-sekali
ganti suasana. Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu.”, kembali Draco
tersenyum. Membuat Hermione makin bersemu merah melihat ketampanannya. “Ayo!”,
uluran tangan Draco terarah kepada Hermione dan ia segera menyambutnya. Mereka
pun berapparate menuju apartemen
Draco.
Sesampainya disana, Draco segera
membukakan pintu untuk Hermione. Setelah masuk betapa terpananya Hermione saat
melihat meja makan yang sudah lengkap dengan hidangannya beserta lilin menyala
diatas meja. Suasananya terasa begitu romantis. Hermione memandang Draco yang
memegang bahunya. Draco berinisiatif membantu melepaskan mantel Hermione.
Kemudian ia menggandeng Hermione menuju meja makan dan mempersilahkan duduk.
Mereka kini duduk berhadapan.
“Malfoy, ini
sungguh manis.”, ujar Hermione. Draco tersenyum dan menggenggam jemari
Hermione.
“Aku melakukannya
untukmu, Granger.”, jawaban Draco membuat perasaan Hermione membumbung tinggi.
Pria di hadapannya ini benar-benar terlihat berbeda dari yang dikenalnya pada
waktu di Hogwarts dulu. Gadis itu hanya bisa tersipu. “Mari kita makan dahulu,
aku yakin kau pasti lelah seharian bekerja. Ini saatnya kau mengisi perutmu.”,
ajak Draco. Hermione mengangguk. Mereka makan dalam diam tapi sesekali saling
melempar senyum. Mata mereka memancarkan kebahagiaan. Selesai makan, Draco
mengajak Hermione duduk berdua di balkon
beranda apartemennya sambil melihat bintang-bintang di langit. Draco
melingkarkan lengan kanannya di bahu Hermione dan gadis itu pun menyandarkan
kepalanya di bahu Draco. Tangan kiri Draco menggenggam tangan Hermione.
“Banyak bintang
bertaburan malam ini.”, ujar Hermione mengawali pembicaraan.
“Hmm...”, jawab
Draco.
“Kenapa kau diam
saja?”,tanya Hermione.
“Tak apa, aku hanya
menikmati suasana seperti ini. Rasanya begitu damai dan menyenangkan.”, jawab
Draco sambil mengecup puncak kepala Hermione, “Hei, apakah sahabatmu Si Kepala
Pitak itu tahu bahwa kita sering jalan bersama?”, tanya Draco tiba-tiba.
“Namanya Harry
Potter, Malfoy!”, Hermione merengut mendengar Draco mengejek sahabatnya. Draco
tertawa.
“Baiklah, apakah
Potter sudah mengetahui bahwa kita sering jalan bersama?”
“Aku belum
menceritakan pada siapapun tentang kita,Malfoy. Kenapa?”
“Tak apa, aku hanya
bertanya.”, mereka kembali terdiam. Draco mengusap-usap rambut Hermione dan
sejurus kemudian tiba-tiba saja ia mencium bibir manis Hermione. Gadis itu
sedikit kaget akan ciuman Draco yang tiba-tiba itu. Tapi ia dapat segera
menyesuaikan. Draco seperti ketagihan akan bibir manis Hermione. Ciuman yang
mulanya biasa saja mulai sarat akan nafsu. Draco meminta lebih. Ia mulai
memainkan lidahnya di dalam mulut Hermione. Lidah mereka saling membelit.
Menimbulkan desahan dari bibir mungil Hermione. Draco menghisap lidah Hermione,
membuat gadis itu semakin mendesah. Lengan Draco yang tadinya melingkari bahu
Hermione berpindah ke leher gadis itu untuk menekan dan membuat ciumannya
semakin dalam. Mereka berhenti sejenak untuk mengambil napas. Draco tersenyum.
Dan kemudian dia mengangkat tubuh mungil Hermione ke pangkuannya membuat gadis
itu sedikit terkejut. Setelah Hermione duduk di pangkuannya, Draco langsung
kembali mencium Hermione. Tangan kiri Draco bergerak menuju leher Hermione
menggelitik belakang telinga gadis itu dan tak ayal lagi membuat Hermione
kembali mendesah nikmat, rupanya disanalah titik rangsang gadis itu.Hermione
mengalungkan lengannya di leher Draco. Ia sedikit menunduk untuk berciuman
dengan Draco. Tangan kanan Draco yang awalnya berada di pinggang Hermione mulai
beranjak naik. Tangan Draco membelai leher Hermione dan mulai turun perlahan ke
dada gadis itu. Ia membelai dada Hermione perlahan dan sesekali meremasnya.
Hermione mendesah melepas ciumannya.
“Mmhh...Malfoy...sshh...”,
desah Hermione. Draco turun menciumi leher Hermione. Membuat Hermione sedikit
menggelinjang di pangkuannya. Draco terus saja mencium leher gadis itu. Aroma
parfum Hermione semakin membuatnya menggila. Sesekali ia menghisap telinga
Hermione. Jemari Draco pun mulai membuka kancing atas kemeja Hermione. Tangannya
menyusup ke dalam. Hermone semakin mengencangkan pelukannya pada Draco.
Desahannya semakin menambah nafsu Draco. Draco mengelus perlahan belahan dada
Hermione. Ciuman dari leher pun mulai turun. Draco menjilat belahan dada
Hermione. Membuat Hermione mendongakkan kepalanya menahan nikmat akan perlakuan
Draco. Ia dapat merasakan kejantanan Draco mengeras di sela-sela pahanya.
Ciuman Draco masih belum berhenti. 3 kancing kemeja Hermione sudah terbuka
memberikan akses mudah bagi lidah Draco untuk mengeksplorasi. Draco terus menciumi dada Hermione sambil
meremas-remas dada gadis itu. Hermione semakin menggeliat tak karuan. Tanpa
sadar Hermione menggerakkan pinggulnya menggesek kejantanan Draco di sela-sela
pahanya. Draco terdengar sedikit menggeram.
“Uuhh, Granger..sshh...”,
desah Draco. Ia ingin lebih. Tubuh Hermione begitu memabukkan baginya. Ia
begitu ingin memiliki gadis itu. Tingkah Hermione yang secara spontan terus
menggeliat & menggesek di pangkuannya hampir membuat Draco hilang kendali.
Ditambah Hermione mulai berani menjilat dan menghisap telinganya. Draco semakin
bersemangat membenamkan wajahnya di dada Hermione. Ia mulai berani menjilat dan
menghisap dada gadis itu, hingga akhirnya suara ringtone dari ponsel Draco membuyarkan kegiatan mereka. Mereka
saling memandang kemudian tersenyum, walaupun napas mereka masih
terengah-engah. Hermione turun dari pangkuan Draco mengancingkan kembali
kemejanya. Draco beranjak mengambil ponselnya. Nama Theodore Nott muncul di
layar ponselnya. Melirik Hermione sekilas, kemudian ia mengangkat panggilan
ponselnya.
“Ada apa,Theo?”, ujar Draco. Ia
berjalan mendekati Hermione kembali. Lengannya terbuka mengisyaratkan Hermione
untuk mendekat dan gadis itu pun menghampirinya.
“Hei,mate! Kau sibuk malam ini?”, tanya Theo dari seberang telepon.
“Tidak juga. Kenapa?”
“Blaise mengajak kita minum malam ini. Kutunggu kau
sekarang di rumah Blaise.”, belum sempat Draco
menjawab, Theo sudah memutus teleponnya. Draco mendecih kesal. Ia memasukkan
ponselnya ke saku dan berkata pada Hermione.
“Theo barusan
menelepon dan mengatakan Blaise mengajak kami minum malam ini. Aku akan
mengantarmu setelah ini.”, kata Draco sambil mengecup dahi Hermione.
“Baiklah.”, jawab
Hermione sambil tersenyum. Draco mengambilkan mantel Hermione dan memakaikannya.
Dengan menggenggam tangan Hermione, mereka berdisapparate tepat di luar pintu apartemen Draco.
Sesampainya di depan pintu
apartemen Hermione, Draco segera berpamitan. Tapi sebelum pergi, Draco
menangkup pipi Hermione dengan kedua tangannya.
“Granger, malam ini
hampir membuatku hilang kendali. Kau begitu menggairahkan.”, mata Draco menyala
masih penuh nafsu. Hermione hanya terdiam dan tersenyum. Tapi ia juga tak bisa
menyembunyikan fakta bahwa Draco juga hampir membuatnya lepas kendali. Ciuman
Draco benar-benar memabukkan dan terasa begitu nikmat. “Aku harus pergi
sekarang. Blaise dan Theo sudah menungguku.”
“Oke, Malfoy. Jujur
saja, aku juga hampir kehilangan kendali malam ini. Kau benar-benar membuatku
merasa begitu bergairah.”, ujar Hermione sambil tersipu malu. Draco mengumpat
dalam hati. Perkataan Hermione membuatnya turn
on kembali. Ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
“Lain kali aku akan
mendapatkanmu,Granger”, bisik Draco. Ia mencium Hermione sekilas dan
mengucapkan sampai jumpa pada Hermione. Hermione menyaksikan Draco hingga
menghilang dari pandangannya. Setelah itu ia pun masuk ke apartemennya.
OoO
“Hei,
mate!”, sapa Blaise ketika melihat Draco muncul di rumahnya. Theo tampak sedang
menuangkan fire whiskey ke dalam
gelas. “Sumringah sekali kau malam ini? Ada apa gerangan?”
“Nothing.”, jawab Draco datar sambil mengambil gelas yang disodorkan
Theo. Ia meneguk sedikit minumannya.
“Tapi wajahmu tampak fresh,mate! Kau habis bercinta,ya?”,
tanya Theo penuh selidik. Draco mengeplak kepala Theo, “Aauuw, sakit, bodoh!”.
“Mesum sekali pikiranmu itu!”,
ujar Draco. Theo dan Blaise terkekeh. Draco mengangkat satu alisnya melihat
kedua sahabatnya itu. Ia meneguk minumannya kembali.
“Tapi Theo benar, mate! Kau
semacam terlihat berbeda malam ini. Pasti ada sesuatu yang membuatmu senang
malam ini.”, timpal Blaise.
“Ah, berisik kalian ini! Mau
kurapalkan silencio untuk kalian
berdua, ha?”
“Ups! Sudahlah, jangan terlalu
dianggap serius. Kami kan hanya bercanda,hahaha”, Theo malah terbahak. Ia
mengajak bersulang Blaise dan Draco. Suara gelas berdenting pun menggema di
ruangan itu.
OoO
Seolah sudah menjadi kebiasaan
rutin, malam ini pun Draco sudah siap menjemput Hermione pulang kerja. Senyum
sumringah Hermione tampak begitu melihat Draco. Bergerak mendekati Draco,
Hermione pun segera mengaitkan lengannya pada Draco dan mereka pun berdisapparate. Mereka muncul di gang kecil
di dekat Ziferblat, kafe favorit
Hermione dan segera menuju kesana.
Sesaat sebelum tangan Draco menyentuh pintu Ziferblat, sebuah suara mengagetkannya.
“Draco????”, dan
Draco pun menoleh ke arah asal suara tersebut. Dan betapa terkejutnya Draco
saat melihat siapa yang menyapanya.
“Astoria???”,
Astoria pun terlihat sama terkejutnya dengan Draco. Matanya bergantian
memandang Draco lalu Hermione. Draco. Hermione. Dan kemudian matanya terpaku
pada lengan Hermione yang berada di lengan Draco.
“Apa yang kau
lakukan disini,Draco? Dan kenapa kau bersama mud- Granger?”, tanya Astoria dengan mata menyipit. Wajahnya
terlihat menahan emosi dan sedikit bingung. Draco terlihat sedikit gugup.
Hermione juga tampak bingung.
“Mm...aku..ee...mm...”,
Draco gugup untuk menjawab.
“Ada apa sebenarnya
ini?”, Hermione membuka suaranya. Wajahnya mengisyaratkan meminta penjelasan
dari Draco. Draco tambah terlihat bingung. Astoria menyilangkan tangan di depan
dadanya menunggu jawaban Draco. Karena Draco tidak segera memberi jawaban,
akhirnya Astoria lah yang menjawab.
“Dengar, Granger.
Pria yang sekarang sedang kau gandeng itu adalah kekasihku.”, ucap Astoria, terdengar
ada getar dalam suaranya. Ia berusaha untuk tegas, tapi matanya memancarkan
kekalutan. Hermione terkejut, refleks melepaskan pegangannya pada lengan Draco.
“Malfoy, jelaskan
apa maksudnya?!”, tanya Hermione pada Draco. Draco menatap horor. Setelah beberapa
saat ia tampak bingung mengatur kata-kata, akhirnya Draco pun berbicara.
“Granger, aku mohon
jangan marah padaku. Apa yang dikatakan Astoria benar. Sebenarnya dia
kekasihku, tapi...”, belum selesai Draco bicara Hermione mundur perlahan.
Matanya mulai tampak berkaca-kaca, “Granger... Aku mohon! Jangan marah
padaku.”, terselip nada khawatir dari perkataan Draco. Hermione menggelengkan
kepala. Air mata mulai jatuh di pipinya. Secepat mungkin ia berbalik
meninggalkan Draco dan Astoria di depan Ziferblat.
Di ujung jalan Hermione berbelok dan berdisapparate. Draco yang tampak berusaha
menyusul Hermione dicegah oleh Astoria.
“Draco!! Mau kemana
kau?!”, Astoria menahan lengan Draco. Draco tampak marah dan berusaha
melepaskan cengkeraman Astoria.
“LEPASKAN AKU!!!”,
bentak Draco. Astoria terkejut dibentak seperti itu oleh Draco. Ia tak pernah
dibentak sebelumnya.
“Tapi, Draco, aku
kekasihmu!! Kau tak boleh pergi menemui mudblood
sialan itu!!”, Astoria setengah berteriak. Beberapa orang yang lewat mulai
menoleh ke arah mereka. Draco tak peduli.
“JAGA UCAPANMU!!!”,
bentak Draco, lagi, “LEPASKAN . AKU . ASTORIA!!!”, Draco menekankan setiap kata
dengan gigi terkatup. Ia benar-benar merasa jengkel. Astoria tetap tidak mau
melepaskan pegangannya pada lengan Draco. Ia mulai tampak ingin menangis. Draco
menghempaskan lengannya dengan kasar membuat Astoria tersentak. Segera ia
berlari ke ujung jalan dimana Hermione berbelok tadi dan berapparate menuju apartemen Hermione.
“DRACO!!!!”,
Astoria berteriak memanggil nama Draco tapi yang dipanggilnya tak menoleh sama
sekali.
OoO
Draco
tiba di apartemen Hermione. Ia mengetuk dengan cepat dan keras pintu apartemen
tersebut. Ah, tidak. Mungkin lebih tepatnya agak sedikit menggedor.
“Granger!! Buka
pintunya, Granger!! Aku mohon!!”, seru Draco dari luar pintu. Hermione yang
sedang menangis di dalam mendengar suara Draco mendekat menuju pintu tapi ia
tetap diam saja dan menangis. Draco terus saja berseru nyaring meminta ia
membuka pintu.
“Pergi dari
sini,Malfoy!!”, teriak Hermione dari dalam sambil terisak.
“Aku mohon,
Granger! Buka pintunya! Aku akan menjelaskan semuanya, aku mohon!”, suara Draco
terdengar putus asa.
“Cukup,Malfoy!
CUKUP!!! Kau sudah membuatku mengerti. Tak ada yang perlu dijelaskan lagi!”,
sahut Hermione. Tangisnya belum reda. Pipinya basah karena air matanya.
“Aku mohon,Granger!
Biarkan aku masuk! Atau aku akan mem-bombarda pintu ini!”, Hermione tersentak.
Tentunya ia tak ingin ada keributan jika Draco benar-benar memantrai pintu
apartemennya. Maka dengan berat hati ia pun membuka pintu untuk Draco.
Penampilan Draco tampak begitu acak-acakan. Wajahnya tampak putus asa. Begitu
Hermione membuka pintu, langsung saja Draco menerobos masuk dan menarik
Hermione ke dalam ciumannya. Tentu saja Hermione meronta akan perlakuan Draco.
Tapi Draco tak peduli. Yang ia inginkan hanya Hermione. Ia mencium Hermione
dengan kuat dan dalam kemudian melepasnya. Tangan Draco tak melepaskan pipi
Hermione. Ibu jari Draco mengusap air mata Hermione yang turun di sudut
matanya. Draco mengecup dahi Hermione.
“Granger, aku minta
maaf. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku...”,Draco berusaha menjelaskan
kejadian tadi tapi Hermione menyelanya.
“Tapi apa yang aku
lihat & dengar dari Greengrass...”
“Sssttt....”,
telunjuk Draco mengisyaratkan Hermione untuk diam, “Dengarkan aku
dulu,Hermione.”, Hermione langsung terdiam mendengar Draco memanggil nama
depannya. “Aku tak bermaksud menyakitimu. Astoria memang kekasihku. Tapi aku
sudah lama ingin berpisah darinya. Aku melihat hubunganku dengannya tak akan berhasil.
Tapi setiap aku ingin berpisah darinya ia selalu tak mau. Hingga akhirnya aku
bertemu denganmu di Ziferblat tempo
hari aku merasakan sesuatu yang berbeda.”, jelas Draco.
“Sudah berapa lama
kau menjalin hubungan dengan Greengrass?”, tanya Hermione pelan. Ia tak mengira
disaat ia mulai menaruh perasaan pada Draco ternyata Draco sudah memiliki
kekasih.
“Hampir setahun
terakhir ini.”, jawab Draco, sambil menghela napas. Hermione menutup mulutnya
dengan tangan. Dua bulir air mata jatuh dari sudut kedua matanya. Draco refleks
segera mengusapnya.
“Dan kau
membohongiku selama ini??”, tanya Hermione tak percaya.
“Bukan maksudku
untuk membohongimu, Hermione. Aku hanya bermaksud mencari waktu yang tepat
untuk lepas dari Astoria. Tapi ternyata semua terjadi seperti ini. Aku – aku
mulai men – aku mulai mencintaimu.”, Draco mengucapkannya dengan hati berdebar.
Hermione menggelengkan kepalanya.
“Aku tak percaya
padamu, Malfoy!”, kata Hermione sambil menyipitkan mata. Draco mengacak
rambutnya frustasi.
“Aku bersungguh-sungguh,
Hermione! Aku mulai mencintaimu. Perasaan ini mulai tumbuh dalam hatiku.”
Hermione termenung mendengar perkataan Draco. Dalam hati ia juga tak bisa
memungkiri bahwa ia juga mulai mencintai Draco. Tapi teringat akan Astoria
membuat hatinya sakit kembali. Ia menutup mata sejenak. Dan ketika membuka
mata, ia mengajukan satu syarat untuk Draco.
“Jika memang kau
mencintaiku, tinggalkan Astoria....”
Draco yang tadinya
tertunduk lemah, mendongak menatap Hermione.....
To be continued....
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.